PROBLEM
POSING
A.
PENGERTIAN PROBLEM POSING
Problem posing adalah
istilah dalam bahasa inggris yaitu dari kata “Problem” artinya masalah,
soal, atau persoalan dan kata “to pose” yang artinya mengajukan. Problem
posing bisa diartikan sebagai pengajuan soal atau pengajuan masalah. Problem
posing adalah salah satu model pembelajaran yang sudah lama
dikembangkan, Huda (2013: 276) menyatakan bahwa problem posing merupakan
istilah yang pertama kali dikembangkan oleh ahli pendidikan asal Brazil, Paulo
Freire.
Suryanto (Thobroni dan Mustofa 2012 : 343) mengartikan bahwa
kata problem sebagai masalah atau soal sehingga pengajuan masalah
dipandang sebagai suatu tindakan merumuskan masalah atau soal dari situasi yang
diberikan. Selanjutnya, Amri (2013 :13) menyatakan bahwa pada prinsipnya, model
pembelajaran problem posing mewajibkan siswa untuk mengajukan soal
sendiri melalui belajar soal dengan mandiri. Sejalan dengan pendapat tersebut,
Thobroni dan Mustofa (2012 : 351) menyatakan bahwa model pembelajaran problem
posing adalah suatu model pembelajaran yang mewajibkan para siswa untuk
mengajukan soal sendiri melalui belajar soal (berlatih soal) secara mandiri.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa model problem
posing adalah model pembelajaran yang mewajibkan siswa belajar melalui
pengajuan soal dan pengerjaan soal secara mandiri tanpa bantuan guru.
B.
LANGKAH-LANGKAH PROBLEM POSING
Penerapan
suatu model pembelajaran harus memiliki langkah-langkah yang jelas, hal
tersebut sangat berpengaruh terhadap kinerja guru dan aktivitas yang dilakukan
siswa. Amri (2013 :13) menyatakan bahwa langkah-langkah model pembelajaran problem
posing yaitu :
1. guru menjelaskan materi pelajaran, alat peraga yang disarankan
2. memberikan latihan soal secukupnya
3. siswa mengajukan soal yang menantang dan dapat menyelesaikan.
Ini dilakukan dengan kelompok
4. pertemuan berikutnya guru meminta siswa menyajikan soal temuan
di depan kelas.
5. Guru memberikan tugas rumah secara individual.
Selanjutnya,
Saminanto (Maulina, 2013: 20-21) menyatakan bahwa langkah-langkah model
pembelajaran problem posing adalah :
1) guru menjelaskan materi pelajaran menggunakan alat peraga,
2) guru memberikan latihan soal,
3) siswa diminta mengajukan soal,
4) secara acak, guru meminta siswa untuk menyajikan soal temuannya
di depan kelas, dan
5) guru memberi tugas rumah secara individu.
Langkah-langkah
penerapan model problem posing yang dikemukakan oleh Amri dan Saminanto,
sejalan dengan pendapat Thobroni dan Mustofa (2012: 351) yang menyatakah bahwa
:
1. guru menjelaskan materi pelajaran kepada siswa menggunakan alat
peraga untuk memfasilitasi siswa dalam mengajukan pertanyaan,
2. siswa diminta untuk mengajukan pertanyaan secara berkelompok,
3. siswa saling menukarkan soal yang telah diajukan,
4. kemudian menjawab soal-soal tersebut dengan berkelompok.
Berdasarkan
beberapa pendapat yang telah dikemukakan, bahwa langkah-langkah problem
posing adalah siswa mengajukan dan menjawab soal dengan berkelompok
berdasarkan penjelasan guru ataupun pengalaman siswa itu sendiri.
Maka,
langkah-langkah yang digunakan adalah :
1) menjelaskan materi pelajaran dengan media yang telah disediakan,
2) membagi siswa menjadi kelompok secara heterogen,
3) secara berkelompok, siswa mengajukan pertanyaan pada lembar
soal,
4) menukarkan lembar soal pada kelompok lainnya,
5) menjawab soal pada lembar jawab, dan
6) mempresentasikan lembar soal dan lembar jawab di depan kelas.
C.
CIRI-CIRI PROBLEM POSING
Problem
posing adalah model pembelajaran yang melibatkan peserta didik dalam proses
pembelajaran secara langsung untuk memberi kesempatan kepada siswa dalam
menganalisis permasalahan yang ada dengan serangkaian kegiatan-kegiatan yang
lebih bermakna.
Proses
pembelajaran didominasi dengan kegiatan-kegiatan siswa yang secara langsung
dengan situasi yang telah diciptakan guru.
Dalam
kegiatan tersebut, maka siswa dapat membuka wawasan yang dimilikinya dan
memberikan kesempatan yang luas untuk saling berkomunikasi.
Thobroni
dan Mustofa (2012: 350) menyatakan bahwa pembelajaran problem posing memiliki
ciri-ciri sebagai berikut.
1. Guru belajar dari murid dan murid belajar dari guru
2. Guru menjadi rekan murid yang melibatkan diri dan menstimulasi
daya pemikiran kritis murid-muridnya serta mereka saling memanusiakan.
3. Manusia dapat mengembangkan kemampuannya untuk mengerti secara
kritis dirinya dan dunia tempat ia berada.
4. Pembelajaran problem posing senantiasa membuka rahasia
realita yang menantang manusia kemudian menuntut suatu tanggapan terhadap
tantangan tersebut.
Berdasarkan
ciri-ciri yang telah disebutkan di atas, bahwa model problem posing ini
bersifat fleksibel, mengesankan, menganggap murid adalah subjek belajar,
membuat anak untuk mengembangkan potensinya sebagai orang yang memiliki potensi
rasa ingin tahu dan berusahan keras dalam memahami lingkungannya.
D. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN PROBLEM POSING
Setiap
model pembelajaran pasti ada kelebihan dan kekurangannya. Thobroni dan Mustofa
(2012: 349) mengemukakan bahwa kelebihan metode problem posing adalah :
1. Mendidik murid berfikir kritis
2. Siswa aktif dalam pembelajaran
3. Belajar menganalisis suatu masalah
4. Mendidik anak percaya pada diri sendiri.
Menurut
Norman dan Bakar (2011) menguraikan bahwa kelebihan model problem posing
adalah:
1. Kemampuan memecahkan masalah/ mampu mencari berbagai jalan dari
suatu kesulitan yang dihadapi
2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman siswa / terampil
menyelesaikan soal tentang materi yang diajarkan.
3. Mengetahui proses bagaimana cara siswa memecahkan masalah
4. Meningkatkan kemampuan mengajukan soal dan sikap yang positif
terhadap materi pembelajaran.
Sejalan
kedua pendapat diatas bahwa kelebihan model pembelajaran problem posing yaitu :
1. Siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran
2. Minat yang positif terhadap materi pembelajaran
3. Membantu siswa untuk melihat permasalahan yang ada sehingga
meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah
4. Memunculkan ide yang kreatif dalam mengajukan soal
5. Mengetahui proses bagaimana cara siswa memecahkan masalah.
Kekurangan
model problem posing yaitu :
1. Pembelajaran model problem posing membutuhkan waktu yang lama
2. Agar perlaksanaan kegiatan dalam membuat soal dapat dilakukan
dengan baik perlu ditunjang oleh buku-buku yang dapat dijadikan pemahaman dalam
kegiatan belajar terutama membuat soal.
E.
TIPE MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING
Tiga
tipe model pembelajaran problem posing yang dapat dipilih guru(Usmanto,2007).
Pemilihan tipe ini dapat disesuaikan dengan tingkat kecerdasan para siswa(
peserta didik).
1. Problem posing tipe pre-solution posing
Siswa
membuat pertanyaan dan jawaban berdasarkan pernyataan yang dibuat oleh guru.
Jadi, yang diketahui pada soal itu dibuat guru, sedangkan siswa membuat
pertanyaan dan jawabannya sendiri.
2. Problem posing tipe within solution posing
Siswa
memecahkan pertanyaan tunggal dari guru menjadi sub-sub pertanyaan yang relevan
dengan pertanyaan guru.
3. Problem posing tipe post solution posing
Siswa
membuat soal yang sejenis dan menantang seperti yang dicontohkan oleh
guru. Jika guru dan siswa siap maka
siswa dapat diminta untuk mengajukan soal yang menantang dan variatif pada
pokok bahasan yang diterangkan guru. Siswa harus bisa menemukan jawabannya.
Tetapi ingat, jika siswa gagal menemukan jawabannya maka guru merupakan
narasumber utama bagi siswanya. Guru harus benar-benar menguasai materi.
F.
PERAN GURU DALAM
PEMBELAJARAN
Peran
guru dalam pembelajaran sangat menentukan keberhasilan belajar siswa. Rohman
dan Amri (2013: 180) menyatakan bahwa sebagai perencana, guru dituntut untuk
memahami secara benar kurikulum yang berlaku, karakteristik siswa, fasilitas
dan sumber daya yang ada, sehingga semuanya dapat dijadikan komponen-komponen
dalam menyusun rencana pembelajaran. Rusman (2012: 75) menyatakan bahwa jika
dipandang dari segi siswa, maka tugas guru adalah harus memberikan nilai-nilai
yang berisi pengetahuan masa lalu, sekarang dan masa yang akan datang, pilihan
nilai hidup dan praktik-praktik komunikasi. Thobroni dan Mustofa (2012: 348)
menyatakan bahwa yang harus dilakukan guru adalah :
1) Memotivasi siswa untuk mengajukan soal
2) Guru melatih siswa merumuskan dan mengajukan masalah atau
pertanyaan berdasarkan situasi yang diberikan.
Berdasarkan
beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan peran
guru adalah tindakan yang dilakukan guru untuk memberikan suasana belajar
sesuai dengan tema pembelajaran dan mengantarkan siswa untuk memahami pada
konsep dengan cara menyiapkan situasi sesuai dengan materi pelajaran yang
sedang dibahas. Adapun peran guru dalam model pembelajaran problem posing adalah
sebagai fasilitator yaitu menyiapkan media pembelajaran yang sesuai dengan
materi pelajaran yang sedang dibahas.
G.
PRINSIP-PRINSIP
Guru
matematika dalam rangka mengembangkan model pembelajaran problem posing
(pengajuan soal) dalam pembelajaran matematika, dapat menerapkan
prinsip-prinsip dasar berikut :
1.
Pengajuan soal harus berhubungan dengan apa yang dimunculkan dari
aktivitas siswa di dalam kelas.
2.
Pengajuan soal harus berhubungan dengan proses pemecahan masalah siswa.
3.
Pengajuan soal dapat dihasilkan dari permasalahan yang ada dalam buku
teks, dengan memodifikasikan dan membentuk ulang karakteristik bahasa dan
tugas.
H.
PROBLEM
POSING DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA
Menurut
National Council of Teachers of Mathematics (NCTM : 2000) yang dikutip
oleh Ilana Lavy and Atara Shriki, problem posing diakui sebagai komponen
penting dari pembelajaran matematika. Stoyanova dalam Ken Clements dan Christine Keitel (1996:1011)
mengklasifikasikan informasi atau situasi problem posing menjadi:
1. Situasi
problem posing yang bebas, pada situasi ini, siswa tidak
diberikan suatu informasi yang harus ia patuhi, tetapi siswa diberi kesempatan
yang seluas-luasnya untuk membentuk soal sesuai dengan apa yang ia kehendaki.
Siswa dapat menggunakan fenomena dalam kehidupan sehari-hari sebagai
acuan dalam pembentukan soal.
2. Situasi
problem posing yang semi terstruktur, pada situasi ini siswa diberi
situasi atau informasi yang terbuka. Kemudian siswa diminta untuk mencari atau
menyelidiki situasi atau informasi tersebut dengan cara menggunakan pengetahuan
yang dimilikinya. Selain itu, siswa harus mengaitkan informasi itu dengan
konsep-konsep dan prinsip-prinsip matematika yang diketahuinya untuk membentuk
soal.
3. Pada situasi problem posing
yang terstuktur, informasi atau situasinya berupa soal atau selesaian dari suatu
soal.
Respon siswa yang diharapkan dari
situasi atau informasi problem posing adalah respon berupa soal buatan
siswa. Namun demikian, tidak tertutup kemungkinan siswa membuat yang lain,
misalnya siswa hanya membuat pernyataan. Silver dan Cai dalam Abdussakir
mengklasifikasikan respon tersebut menurut jenisnya menjadi tiga kelompok,
yaitu:
1)
Pertanyaan matematika adalah pertanyaan yang memuat masalah
matematika dan mempunyai kaitan dengan informasi yang diberikan. Pertanyaan
matematika ini, selanjutnya diklasifikasikan ke dalam dua kategori, yaitu:
a. Pertanyaan
matematika yang dapat diselesaikan yaitu pertanyaan yang memuat informasi yang
cukup dari situasi yang ada untuk diselesaikan, atau jika pertanyaan tersebut
memiliki tujuan yang tidak sesuai dengan informasi yang ada. Selanjutnya
pertanyaan matematika yang dapat diselesaikan juga dibedakan atas dua hal,
yaitu pertanyaan yang memuat informasi baru dan pertanyaan yang tidak memuat
informasi baru.
b. Pertanyaan
matematika yang tidak dapat diselesaikan.
2)
Pertanyaan non matematika adalah pertanyaan yang tidak
memuat masalah matematika dan tidak mempunyai kaitan dengan informasi yang
diberikan.
3)
Sedangkan pernyataan adalah kalimat yang bersifat ungkapan
atau berita yang tidak memuat pertanyaan, tetapi sekedar ungkapan yang bernilai
benar atau salah.
Menurut Brown and Walter dalam Abdussakir (2009) ada lima tahapan utama
dalam problem posing, yaitu:
1.
Memilih titik awal.
Pemilihan titik awal dapat dengan
menggunakan bahan yang konkret atau teorema.
2.
Mendaftar apa yang diketahui dari
masalah atau situasi yang diberikan.
3.
Menggali konsep dengan pertanyaan "bagaimana-jika-tidak".
Penggalian konsep dapat dilakukan
dengan menjawab pertanyaan seperti: "Bagaimana jika hal yang diketahui tidak demikian, apa yang bisa dilakukan?"
4.
Mencari, mendefinisikan, dan
mencatat hal yang baru berdasarkan pertanyaan “bagaimana-jika-tidak”
sebelumnya.
5.
Membuat pertanyaan-pertanyaan baru
dan analisis pertanyaan tersebut setelah semua masalah direncanakan.
Selain itu, Brown dan Walter, dalam
Abdussakir (2009), juga mengungkapkan bahwa informasi atau situasi problem
posing dapat berupa gambar, benda manipulatif, permainan, teorema atau
konsep, alat peraga, soal, atau selesaian dari suatu soal. Sementara itu,
menurut Setiawan (2004), pembentukan soal atau pembentukan masalah terdiri dari
dua kegiatan yaitu:
1) Pembentukan soal baru atau pembentukan soal
dari situasi atau pengalaman siswa.
2) Pembentukan soal dari soal lain yang sudah ada.
Phylips
Within, mengemukakan langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menerapkan problem
posing adalah sebagai berikut:
1. Melibatkan
siswa dalam membahas masalah baru dengan teliti.
2. Meminta
siswa mencatat tentang apa yang mereka bicarakan, mereka tulis dan mereka
gambar berdasarkan temuan mereka.
3. Meminta
siswa mengajukan soal atau petanyaan berdasarkan hasil pengamatan mereka.
4. Meminta
siswa untuk memilih salah satu soal atau pertanyaan yang mereka buat untuk
diprediksikan solusinya.
5. Memberikan
kesempatan kepada siswa untuk membandingkan atau mendiskusikan temuan mereka
dengan siswa yang lain.
Dari pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan,
langkah-langkah penerapan pendekatan problem posing dalam pembelajaran
matematika adalah sebagai berikut:
1) Guru menyajikan informasi atau
situasi kepada siswa dengan menggunakan gambar, benda manipulatif, permainan,
teorema atau konsep, alat peraga, soal, atau selesaian dari suatu soal.
2) Siswa mencatat hal-hal yang telah
diketahui dari situasi atau informasi yang telah diberikan.
3) Siswa membuat pertanyaan atau soal
dengan menggali konsep dari hal-hal yang telah diketahui.
4) Siswa menganalisis pertanyaan atau
soal yang telah dibuat dan memprediksi solusi dari soal tersebut.
5) Siswa mendiskusikan hasil
pekerjaannya dengan siswa yang lain.
Daftar Pustaka
Abdussakir. 2009. Pembelajaran Matematika dengan
Problem Posing
[online]. Tersedia: http://abdussakir.wordpress.com/2009/02/13/
pembelajaran-matematika-dengan-problem-posing. [20 Maret 2015]
Ilana Lavy and Atara Shriki. 2007. Problem
Posing as A Means for Developing Mathematical Knowledge of Prospective Teachers
[online]. Tersedia: http://google.com. [21
Maret 2015].
Ken Clements & Christine
Keitel. 1996. International handbook of mathematics education, Part 2. Netherland: Kluwer
Academik Publisher.
Muhammad, F.A. ---. Problem Possing
[online]. Tersedia: http://muhfida.com/problem-posing/. [21 Maret 2015]
Phylips Whitin.. Promoting
Problem Solving Exploration. In Teaching Children Mathematics, NCTM 2004
[online]. Tersedia: http://www.ceefcares.org/flyers/promotingproblem posingperimeter.pdf.
[22 Maret 2015].
Setiawan. 2004. Pembelajaran
Trigonometri Berorientasi PAKEM di SMA. Paket Pembinaan Penataran. Pusat Pengembangan
Penataran Guru Pendidikan Matematika, Yogyakrta: Departemen Pendidikan
Nasional.
Sutisna Wijaya. 2010. Kelebihan
dan Kelemahan Pembelajaran dengan Pendekatan Problem Posing [online].
Tersedia: http://sutisna.com/artikel/kependidikan/kelebihan-dan-kelemahan-pembelajaran-dengan-pendekatan-problem-posing/. [22 Maret 2015].
Suyitno.
2004. Model Pembelajaran Problem Posing [online]. Tersedia: http://www.sekolahdasar.net/2011/08/model-pembelajaran-problem-possing.html. [16 April 2015]
No comments:
Post a Comment