Proses berpikir - adalah aktivitas yang terjadi dalam otak manusia.
Dalam berpikir tersebut orang menyusun hubungan antara bagian pengetahuan yang
telah direkam, kemudian hasil rekaman-rekaman tersebut dianggap sebagai
pengertian-pengertian yang selanjutnya digunakan untuk dapat menyelesaikan
masalah yang dihadapinya. Pengajaran matematika di sekolah lebih
berorientasi pada pandangan matematika sebagai produk berpikir.
Proses Berpikir Siswa SMP Menerapkan KOnsep Matematika |
Selanjutnya
para ahli seperti Steuner dan Fresenborg (Marpaung, 1993) mengatakan bahwa
tugas pokok pendidikan ialah ,menjelaskan proses berpikir siswa dalam
mempelajari matematika dengan tujuan memperbaiki pengajaran matematika di
sekolah. Siswa SMP biasanya sering juga mengalami kesulitan didalam menjawab
soal.-soal faktorisasi suku aljabar, Siswa disuruh untuk mengerjakan contoh
soal soal seperti ini x2 + 6x + 9
yang hasinya adalah (x + 3) (x + 3) siswa mungkin kesulitan menjawab
soal faktorisasi tersebut dibandingkan dengan di suruh untuk menyelasaikan soal (x + 3) (x + 3) untuk di jadikan x2
+ 6x + 9. Karena diwaktu sekolah dasar siswa hanya di beri materi-materi yang
terkait dengan pengoperasian lansung dan sudah terbiasa dengan cara berpikir
induktif dan tidak berpikir secara deduktif .
Diungkapkan dalam Peraturan Menteri
PendidikanNasional Republik Indonesia No.23 Tahun 2006 menetapan Standar
Kompetensi Lulusan (SKL) tentang tujuan pembelajaran matematika di SMP adalah :
(1) Memahami konsep bilangan real, operasi hitung dan sifat-sifatnya (komutatif,
asosiatif, distributif), barisan bilangan sederhana (barisan aritmetika dan
sifat-sifatnya) serta penggunaannya dalam pemecahan masalah.
(2) Memahami konsep aljabar meliputi: bentuk aljabar dan unsur-unsurnya,
persamaan dan pertidak samaan linier serta penyelesaiannya, himpunan dan
operasinya relasi, fungsi dan grafiknya, serta menggunakannya dalam pemecahan
masalah.
(3) Memahami bangun-bangun geometri, unsur-unsur dan sifatnya
(4) Memahami konsep data, pengumpulan dan penyajian data (dengan tabel, gambar,
diagram grafik) rerata hitung, modus, dan median, serta menerapkannya dalam
pemecahan masalah.
(5) Memahami ruang sampel dan peluang kejadian, serta memanfaatkan dalam
pemecahan masalah.
(6) Memiliki sikap menghargai matematika dan kegunaannya dalam kehidupan.
(7) Memiliki kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan
kreatif serta mempunyai kemampuan bekerja sama.
Tugas pokok dalam pengajaran matematika di
sekolah adalah menjelaskan proses berpikir siswa dalam mempelajari matematika
dengan tujuan memperbaiki pengajaran pelajaran matematika yang ada di sekolah.
Untuk membekali siswa dengan kemampuan yang di inginkan oleh guru, maka
pembelajaran matematika di fokuskan pada upaya untuk melatih siswa menggunakan
potensi berpikir yang dimiliki oleh siswa dalam pembelajaran faktorisasi suku
aljabar.
Menurut Soedjadi (2000) menyatakan bahwa objek
dasar matematika yang merupakan fakta, konsep, relasi/operasi dan prinsip
merupakan hal-hal yang abstrak sehingga untuk memahaminya tidak cukup hanya
dengan menghafal tetapi dibutuhkan adanya proses berpikir. Tetapi banyak juga
di lapangan yang masih menerapkan matematika itu hanya terlihat sebagai
kegiatan prosedural yaitu guru hanya menerangkan materi, memberi contoh,
mengerjakan latihan soal dan membahas pemecahan soal dan kemudian di contohi
oleh teman yang lainnya, guru tidak menunjukkan konsep matematikanya akibatnya
siswa dalam proses berpikirnya sangat lemah makanya di Indonesia sudah saatnya
untuk merubah sistem pengajaran yang sedemikian itu karena tidak akan bisa maju
negara ini dengan sistem pengajaran yang sepeti itu.
Proses yang terjadi dalam aktivitas belajar
melibatkan proses mental yang terjadi dalam otak siswa, sehingga belajar
merupakan aktivitas yang selalu terkait dengan proses berpikir siswa, menurut
Sieger (Santrock, 2004) menyatakan bahwa berpikir adalah pemrosesan informasi.
Pemecahan masalah mempunyai peranan penting dalam matematika dan seharusnya
harus mempunyai peranan utama dalam pendidikan matematika.
Ada cara menjelaskan tentang faktorisasi suku
aljabar yaitu dengan menggunakan :
Blok Aljabar
Blok aljabar merupakan alat peraga berupa model geometri
yang di gunakan untuk mengkokritkan pengertian variabel dan konstanta dalam
aljabar dan merupakan konsep abstrak. Alat ini juga mengacu pada prinsip-prinsip
yang ada di geometri yaitu konsep panjang, lebar dan luas.
Alat
peraga blok aljabar teridiri dari 3 jenis blok yaitu :
1. Blok satuan, berupa persegu dengan panjang sisi satu satuan panjang atau 1
cm. Pada blok satuan ini ada dua jenis warna, yaitu warna merah menunjukkan
positif satu (1) dan warna biru menunjukkan negatif satu (-1).
2. Blok x, berupa persegi panjang dengan ukuran 2 cm x 1 cm. Blok ini juga
menggunakan dua jenis warna , yaitu warna merah menunjukkan positif x (x) dan
warna biru menunjukkan negatif x (-x).
3. Blok x2, berupa persegi dengan penjang sisi 2 cm. Blok ini juga
menggunakan dua jenis warna, yaitu warna untuk positif x2 (x2)
dan biru untuk negatif x2
(-x2).
Alat peraga ini digunakan dengan cara
menyusunnya sesuai dengan simbol pada aljabar di otak atik dan dipindah-pindah
untuk memahami simbol-simbol dan mencari penyelesaiannya. Pada penggunaan blok
aljabar, siswa mempelajari kembali pengetahuan-pengetahuan tentang perkalian
yang telah dimilikinya.
Memfaktorkan artinya menyatakan suatu bentuk aljabar ke dalam
perkalian dua bentuk aljabar. Dalam geometri luas daerah suatu persegi panjang
merupakan hasilkali panjang dan lebar yang dapat dikatakan juga merupakan
perkalian dari dua bilangan, sehingga dapat dikatakan memfaktorkan adalah
menguraikan luas persegi panjang ke dalam panjang dan lebarnya.
Menurut (Sobel, Max A dkk, 2003) sesuatu yang
dapat di otak atik dipindahkan dan di susun untuk mendapatkan sesuatu yang
baru, merupakan sebuah pendekatan yang baru. Yulaelawati (2004) dalam teori
konstruktivistik, belajar merupakan peoses yang aktif dimana pengetahuan
dikembangkan berdasarkan pengalaman dan perundingan (negoisasi) makna melalui
berbagai informasi atau mencari kesepakatan dari berbagai pandangan melalui
interaksi atau kerja sama dengan orang lain. Siswa SMP yang lebih dewasa
mungkin bisa memahami suatu konsep atau suatu prinsip dalam matematika hanya
dengan menganalisis sebeuah represenatasi yang di sajikan oleh guru, akan
tetapi untuk kebanyakan siswa untuk
siswa SMP yang lebih muda proses belajar akan lebih baik jika para siswa
mengkonstruksi sendiri apa yang siswa pelajari di dalam pelajaran faktorisasi
suku aljabar.
Daftar Pustaka
Harmiati, E. (2009). Alat Peraga Blok Aljabar.
Dimuat pada 10 Oktober 2015,
dari http://www.tinkom.com/2009/06/alat-peraga-blok-aljabar.html
Marpaung, Y. (1993), Proses Berpikir Siswa
dalam
Pembentukan Konsep Algoritma Matematika.
Yogyakarta Pidato Dies Natalis XXXI IKIP
Sanata Dharma
Soedjadi, R. (2000). Kiat
Pendidikan Matematika Di Indonesia.
Konstatasi
Keadaan Masa Kini Menuju Harapan Masa Depan.
Jakarta:
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional.
Santrock, John. W. (2004). Psikologi
Pendidikan. Jakarta:
Kencana-Prenada Media Group.
Yulaelawati,
E. (2004). Kurikulum dan Pembelajaran:
Filosofi, Teori dan Aplikasi. Jakarta: Pakar Raya.
No comments:
Post a Comment