Pendekatan PMRI - Pembelajaran Matematika, sebelum menggunakan pendekatan
PMRI, diberikan dengan menjelaskan langkah-langkah dalam menghitung. Guru
menyajikan materi dengan memberikan contoh-contoh bagaimana mengerjakan suatu
soal secara jelas dan rinci. Kemudian, siswa diminta mengerjakan soal-soal
latihan yang sudah tersaji dengan jelas dan jawabannya pun sudah pasti.
Sementara itu, pada pembelajaran dengan pendekatan PMRI ada
5 tahapan yang perlu dilalui oleh siswa, yaitu: Penyelesaian masalah, Penalaran,
Komunikasi, Kepercayaan diri, dan Representasi.
Pada tahap penyelesaian masalah, siswa diajak mengerjakan soal-soal dengan menggunakan langkah-langkah sendiri. Dan yang patut dihargai ialah bahwa penggunaan langkah ini tidak berlaku baku/sama seperti yang dipakai pada buku atau yang digunakan guru. Siswa dapat menggunakan cara/metode yang ditemukan sendiri, yang bahkan sangat berbeda dengan cara/metode yang dipakai oleh buku atau oleh guru.
Pada tahap penyelesaian masalah, siswa diajak mengerjakan soal-soal dengan menggunakan langkah-langkah sendiri. Dan yang patut dihargai ialah bahwa penggunaan langkah ini tidak berlaku baku/sama seperti yang dipakai pada buku atau yang digunakan guru. Siswa dapat menggunakan cara/metode yang ditemukan sendiri, yang bahkan sangat berbeda dengan cara/metode yang dipakai oleh buku atau oleh guru.
Pada tahap penalaran, siswa dilatih untuk bernalar dalam
mengerjakan setiap soal yang dikerjakan. Artinya, pada tahap ini siswa harus
dapat mempertanggungjawabkan cara/metode yang dipakainya dalam mengerjakan tiap
soal.
Pada tahap komunikasi, siswa diharapkan dapat
mengkomunikasikan jawaban yang dipilih pada teman-temannya. Siswa berhak pula
menyanggah (menolak) jawaban milik teman yang dianggap tidak sesuai dengan
pendapatnya sendiri.
Pada tahap kepercayaan diri, siswa diharapkan mampu melatih
kepercayaan diri dengan cara mau menyampaikan jawaban soal yang diperolehnya
kepada kawan-kawannya dengan berani maju ke depan kelas. Dan seandainya jawaban
yang dipilihnya berbeda dengan jawaban teman, siswa diharapkan mau
menyampaikannya dengan penuh tanggungjawab dan berani baik secara lisan maupun
secara tertulis.
pendekatan PMRI |
Pada tahap representasi, siswa memperoleh kebebasan untuk
memilih bentuk representasi yang dia inginkan (benda konkrit, gambar atau
lambang-lambang matematika) untuk menyajikan atau menyelesaikan masalah yang
dia hadapi. Dia membangun penalarannya, kepercayaan dirinya melalui bentuk
representasi yang dipilihnya.
Selain hal-hal di atas, banyak juga orang tua menyampaikan
tanggapan dan pandangannya kepada guru setelah pelajaran matematika
dilaksanakan dengan pendekatan PMRI.
• Pelajaran matematika dengan pendekatan PMRI sangat
komprehensif. Artinya, penyajian materi pelajaran selalu dihubungkan dengan
materi lain. Ketika siswa mengerjakan suatu soal, dia selalu berpikir tentang
kaitan suatu soal dengan soal yang sudah pernah dia selesaikan, atau antara
suatu meteri baru dengan materi lama yang pernah dia pelajari. Dengan demikian,
siswa yang sudah dapat mengerjakan suatu soal sebelumnya, besar kemungkinannya
dapat mengerjakan soal yang dia sedang dihadapinya.
• Pelajaran matematika dengan pendekatan PMRI bersifat
integral. Artinya, pelajaran matematika dapat dihubungkan langsung dengan
pelajaran lain.
• Pelajaran matematika dengan pendekatan PMRI menuntut
logika atau penalaran yang sah. Artinya, siswa yang berpikir dengan nalar yang
tertata dalam matematika, pada pelajaran lain pun proses penalarannya juga
bagus. Sebaliknya, siswa yang pada pelajaran matematika berpikir dengan
penalaran yang tidak tertata (ngawur) pada pelajaran lain pun cara berpikir
(bernalar) nya sama.
• Pelajaran matematika dengan pendekatan PMRI menggunakan
berpikir tingkat tinggi. Ada orang tua yang mengatakan bahwa anak yang dapat
mengikuti pembelajaran matematika dengan pendekatan PMRI daya tangkapnya
tinggi. (Lihat saja, bahasa yang digunakan anak sudah seperti bahasa
mahasiswa). Maksudnya, caranya anak mengungkapkan maksudnya mudah ditangkap dan
jelas.
Sebagai akibat pembelajaran matematika dengan pendekatan
PMRI, tak heran bahwa perolehan nilai siswa pada ulangan umum bersama pada
semester I lalu, yang materinya dari Dinas, lebih tinggi dari perolehan nilai
matematika siswa yang tak menggunakan pendekatan PMRI.
Maka dengan sedikit bangga, saya berpikir bahwa pembelajran
matematika dengan pendekatan PMRI ternyata benar-benar membawa pengaruh besar
dalam pengembangan pemahaman matematika dalam diri anak pada umumya.
PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI) INDONESIA
Pendidikan
memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang
berkualitas dan mampu berkompetisi dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, sehingga pendidikan harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya untuk
memperoleh hasil maksimal. Pendidikan hendaknya dikelola, baik secara kualitas
maupun kuantitas. Hal tersebut dapat dicapai dengan terlaksananya pendidikan
yang tepat waktu dan tepat guna untuk mencapai tujuan pembelajaran.Sejalan dengan upaya pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sekolah merupakan lembaga formal penyelenggara pendidikan. Sekolah Dasar (SD) sebagai salah satu lembaga formal dasar yang bernaung di bawah Departemen Pendidikan Nasional mengemban misi dasar dalam memberikan kontribusi untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
Pendidikan dilaksanakan dalam bentuk proses belajar mengajar yang merupakan pelaksanaan dari kurikulum sekolah. Melalui kegiatan pengajaran, siswa-siswi SD yang berada pada tahap operasi konkrit sudah semestinya dibekali dengan ilmu pengetahuan dasar dan keterampilan dasar yang dalam hal ini adalah mata pelajaran yang tercantum dalam kurikulum SD/MI untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya pada jenjang pendidikan selanjutnya.
Pengajaran di kelas tidak terlepas dari aktivitas belajar siswa. Melalui aktivitas belajar tersebut diharapkan dapat meningkatkan pengalaman belajar sehingga proses pembelajaran akan menjadi lebih bermakna bagi siswa. Pelaksanaannyapun harus dilaksanakan dengan pendekatan belajar yang relevan dengan paradigma pendidikan sekarang.
Paradigma baru pendidikan sekarang ini lebih menekankan pada peserta didik sebagai manusia yang memiliki potensi untuk belajar dan berkembang. Siswa harus aktif dalam pencarian dan pengembangan pengetahuan. Melalui paradigma baru tersebut diharapkan di kelas siswa aktif dalam belajar, aktif berdiskusi, berani menyampaikan gagasan dan menerima gagasan dari orang lain dan memiliki kepercayaan diri yang tinggi (Zamroni, 2000). Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) merupakan pendekatan dalam pembelajaran matematika yang sesuai dengan paradigma pendidikan sekarang. PMRI menginginkan adanya perubahan dalam paradigma pembelajaran, yaitu dari paradigma mengajar menjadi paradigma belajar (Marpaung, 2004).
PMRI selama ini merupakan sebuah pendekatan pembelajaran matematika yang relatif baru dan belum semua kalangan dalam dunia pendidikan mengenalnya. Selama beberapa tahun belakangan sampai sekarang. PMRI telah diuji coba terbatas di kelas I, II dan III. Kemudian mulai tahun pelajaran 2002/2003 baru dilakukan uji coba penuh di beberapa Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) di Indonesia dengan hasil yang sangat menggembirakan. Saat ini pembelajaran matematika dengan pendekatan realistik untuk kelas lainnya masih diujicobakan.
SD Islam Sabilal Muhtadin merupakan salah satu sekolah di Indonesia yang telah melaksanakan pembelajaran matematika dengan pendekatan realistik di kelas I dan II sejak tahun pelajaran 2003/2004. Seperti halnya di beberapa sekolah di Indonesia, pembelajaran matematika dengan pendekatan realistik untuk kelas IV masih diujicobakan.
Pembelajaran matematika selama ini terlalu dipengaruhi pandangan bahwa matematika adalah alat yang siap pakai. Pandangan ini mendorong guru bersikap cenderung memberi tahu konsep/ sifat/ teorema dan cara menggunakannya. Guru cenderung mentransfer pengetahuan yang dimiliki ke pikiran anak dan anak menerimanya secara pasif dan tidak kritis. Adakalanya siswa menjawab soal dengan benar namun mereka tidak dapat mengungkapkan alasan atas jawaban mereka. Siswa dapat menggunakan rumus tetapi tidak tahu dari mana asalnya rumus itu dan mengapa rumus itu digunakan. Keadaan demikian mungkin terjadi karena di dalam proses pembelajaran tersebut siswa kurang diberi kesempatan dalam mengungkapkan ide-ide dan alasan jawaban mereka sehingga kurang terbiasa untuk mengungkapkan ide-ide atau alasan dari jawabannya.
Perubahan cara berpikir yang perlu sejak awal diperhatikan ialah bahwa hasil belajar siswa meruapakan tanggung jawab siswa sendiri. Artinya bahwa hasil belajar siswa dipengaruhi secara langsung oleh karakteristik siswa sendiri dan pengalaman belajarnya. Tanggung jawab langsung guru sebenarnya pada penciptaan kondisi belajar yang memungkinkan siswa memperoleh pengalaman belajar yang baik (Marpaung, 2004). Pengalaman belajar akan terbentuk apabila siswa ikut terlibat dalam pembelajaran yang terlihat dari aktivitas belajarnya.
PMRI juga menekankan untuk membawa matematika pada pengajaran bermakna dengan mengkaitkannya dalam kehidupan nyata sehari-hari yang bersifat realistik. Siswa disajikan masalah-masalah kontekstual, yaitu masalah-masalah yang berkaitan dengan situasi realistik. Kata realistik disini dimaksudkan sebagai suatu situasi yang dapat dibayangkan oleh siswa atau menggambarkan situasi dalam dunia nyata (Zulkarnain, 2002).
PEMBAHASAN
Matematika Realistik (MR) adalah matematika yang disajikan sebagai suatu proses kegiatan manusia, bukan sebagai produk jadi. Bahan pelajaran yang disajikan melalui bahan cerita yang sesuai dengan lingkungan siswa (kontekstual) (Zigma Edisi, 14, 12 Oktober 2007)
Sedangkan pendapat lain mengatakan bahwa Realistic Mathematics Education (PMR) merupakan teori belajar mengajar dalam pendidikan matematika. Teori PMR pertama kali diperkenalkan dan dikembangkan di Belanda pada tahun 1970 oleh Institut Freudenthal. Realistik dalam hal ini dimaksudkan tidak mengacu pada realitas tetapi pada sesuatu yang dapat dibayangkan oleh siswa (Slettenhaar, 2000). Prinsip penemuan kembali dapat diinspirasi oleh prosedur-prosedur pemecahan informal, sedangkan proses penemuan kembali menggunakan konsep matematisasi (http/darsusianto-blogspot. Com 2007/08/matematika realistik/html). Adapun konsep pendidikan matematika realistik tentang siswa antara lain sebagai berikut:Siswa memiliki seperangkat konsep alternatif tentang ide-ide matematika yang mempengaruhi belajar selanjutnya;Siswa memperoleh pengetahuan baru dengan membentuk pengetahuan itu untuk dirinya sendiri;Pembentukan pengetahuan merupakan proses perubahan yang meliputi penambahan, kreasi, modifikasi, penghalusan, penyusunan kembali, dan penolakan; Pengetahuan baru yang dibangun oleh siswa untuk dirinya sendiri berasal dari seperangkat ragam pengalaman; Setiap siswa tanpa memandang ras, budaya dan jenis kelamin mampu memahami dan mengerjakan matematik (Zigma Edisi 10, 27 Juni 2007)
Pengajaran matematika dengan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik meliputi aspek-aspek berikut : Memulai pelajaran dengan mengajukan masalah (soal) yang “riil” bagi siswa sesuai dengan pengalaman dan tingkat pengetahuannya, sehingga siswa segera terlibat dalam pelajaran secara bermakna; Permasalahan yang diberikan tentu harus diarahkan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam pelajaran tersebut Siswa mengembangkan atau menciptakan model-model simbolik secara informal terhadap persoalan/masalah yang diajukan (De Lange, 1995)
Berdasarkan uraian aspek-aspek di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan matematika realistik berlangsung secara interaktif, siswa mengajukan beberapa pertanyaan kepada guru, dan memberikan alasan terhadap pertanyaan atau jawaban yang diberikannya, memahami jawaban temannya (siswa lain), setuju terhadap jawaban temannya, menyatakan ketidaksetujuan, mencari alternatif penyelesaian yang lain dan melakukan refleksi terhadap setiap langkah yang ditempuh atau terhadap hasil pelajaran.
Prinsip-prinsip Dasar Matematika Realistik
Pendekatan Matematika Realistik (PMR) mempuinyai tiga prinsip kunci, yaitu :
- Guided
Reinvention (menemukan kembali)/progressive Mathematizing (matematesasi
progresif), yakni peserta didik diberikan kesempatan untuk mengalami
proses yang sama sebagaimana konsep-konsep matematika ditemukan.
Pembelajaran dimulai dengan suatu masalah kontekstual atau realistik yang
selanjutnya melalui aktifitas siswa dikharapkan menemukan “kembali” sifat,
defenisi, teorema atau prosedur-prosedur.
- Didaktical
Phenomenology (fenomena didaktik). Situasi-situasi yang diberikan dalam
suatu topik matematika atas dua pertimbangan, yaitu melihat kemungkinan
aplikasi dalam pengajaran dan sebagai titik tolak dalam proses matematika.
- Self-developed
Models (pengembangan model sendiri); kegiatan ini berperan sebagai
jembatan antara pengetahuan informal dan matematika formal. Model dibuat
siswa sendiri dalam memecahkan masalah. Model pada awalnya adalah suatu
model dari situasi yang dikenal (akrab) dengan siswa. Dengan suatu proses
generalisasi dan formalisasi, model tersebut akhinrya menjadi suatu model
sesuai penalaran matematika (Anonim, tt)
Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) memiliki 5 karakteristik, yaitu :
- Menggunakan
konteks, Konteks yang dimaksud dalam penelitian ini adalah lingkuingan
keseharian yang nyata (yang dikenal) siswa.
- Menggunakan
model, Istilah model berkaitan dengan model situasi dan model matematik
yang dikembangkan oleh siswa sendiri (self developed models). Artinya
siswa membuat model sendiri dalam menyelesaikan masalah. Generalisasi dan formalisasi
model tersebut akan berubah menjadi model-of masalah tersebut. Melalui
penalaran matematik model-of akan bergeser menjadi model-for masalah yang
sejenis (http/darsusianto-blogspot. Com 2007/08/matematika
realistik/html).
- Menggunakan
kontribusi murid, Kontribusi yang besar pada proses belajar mengajar
diharapkan dan konstruksi peserta didik sendiri yang mengarahkan mereka
dari metode informai mereka ke arah yang lebih formal atau baku.
- Menggunakan
Interaktif, Interaksi antar siswa dengan guru merupakan hal yang mendasar
dalam PMR. Secara eksplisit bentuk-bentuk interaksi yang berupa
penjelasan, pembenaran, setuju, tidak, pertanyaan atau refleksi digunakan
untuk mencapai bentuk formal dari bentuk-bentuk informal siswa.
- Terintegrasi
dengan topik pembelajaran lainnya, Topik-topik yang peneliti berikan
dikaitkan dan diintegrasikan sehingga memunculkan pemahaman suatu konsep
atau operasi secara terpadu, agar hal tersebut dapat memberikan
kemungkinan efisien dalam mengajarkan beberapa topik pelajaran.
Langkah-Langkah dalam Pembelajaran Matematika Realistik
- Adapun
langkah-langkah dalam pembelajaran Matematika Realistik adalah sebagai
berikut :
- Memotivasi
siswa (memfokuskan perhatian siswa)
- Mengkomunikasikan
tujuan pembelajaran
- Memulai
pelajaran dengan mengajukan masalah (soal) yang “riil” bagi siswa sesuai
dengan pengalaman dan tingkat pengetahuannya, sehingga siswa segera
terlibat dalam pelajaran secara bermakna
- Permasalahan
yang diberikan tentu harus diarahkan sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai dalam pelajaran tersebut;
- Siswa
mengembangkan atau menciptakan model-model simbolik secara informal
terhadap persoalan/masalah yang diajukan
- Pengajaran
berlangsung secara interaktif, siswa menjelaskan dan memberikan alasan
terhadap jawaban yang diberikannya, memahami jawaban temannya (siswa
lain), setuju terhadap jawaban temannya, menyatakan ketidaksetujuan,
mencari alternatif penyelesaian yang lain; dan melakukan refleksi terhadap
setiap langkah yang ditempuh atau terhadap hasil pelajaran.
KESIMPULAN
Pendekatan matematika
realistik berlangsung secara interaktif, siswa mengajukan beberapa pertanyaan
kepada guru, dan memberikan alasan terhadap pertanyaan atau jawaban yang
diberikannya, memahami jawaban temannya (siswa lain), setuju terhadap jawaban
temannya, menyatakan ketidaksetujuan, mencari alternatif penyelesaian yang lain
dan melakukan refleksi terhadap setiap langkah yang ditempuh atau terhadap
hasil pelajaran.
No comments:
Post a Comment